Rabu, 25 Mei 2011

Makalah Malnutrtisi atau Gizi Buruk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan ditemukannya pasien–pasien yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi status Gizi Buruk. Umumnya pasien–pasien tersebut adalah balita. Dengan ditemukannya pasien–pasien dengan status Gizi Buruk, berarti kondisi di daerah asal pasien dinyatakan sedang mengalami KLB ( Kejadian Luar Biasa ).
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dihimbau agar lebih memperhatikan keadaan Gizi dalam keluarganya.
Mengapa kita perlu memperhatikan keadaan Gizi kita? Seberapa pentingkah faktor Gizi dalam kehidupan kita ?
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.
Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat Gizi Buruk ?
Berbagai masalah yang timbul akibat Gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) Hal ini disebabkan, jika Ibu hamil menderita kurang Energi Protein akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak.
Secara umum gizi buruk pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah. Dilain pihak anak gizi buruk rentan terhadap penyakit karena menurunnya daya tahan tubuh.

1.2 Tujuan
Mempelajari berbagai ilmu tentang ilmu gizi untuk memenuhi rasa keingin tahuan kami sebagai mahasiswa dan untuk belajar lebih dalam tentang ilmu gizi terutama tentang malnutrisi, juga untuk melaksanakan tugas yang telah dosen kami berikan pada kami tim penulis.


BAB II
MALNUTRISI

2.1 Apa itu malnutrisi?
Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi
2.2 Penyebab Gizi buruk

1. Penyebab tak langsung
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker.

2. Penyebab langsung
Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.

2.3 Klasifikasi Malnutrisi:
• Ringan
• Sedang
• Berat

2.4 Bagaimana Mengetahuinya?
A. Klinis
B. Antropometrik
C. Laboratorium
Keterangan :
Klinis
Untuk malnutrisi ringan dan sedang → gejala klinis tidak terlalu jelas
Untuk malnutrisi berat dapat dibedakan antara marasmus atau kwashiorkor atau campuran keduanya
Antropometrik
• Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran Fisik anak (berat, tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard (anak normal) Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu:
• Berat dibandingkan dengan umur anak
• Tinggi dibandingkan dengan umur anak
• Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak

Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium, misalnya
pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan
kadar protein (albumin/globulin) darah,
dapat dilakukan pada anak dengan
malnutrisi. Dengan pemeriksaan
laboratorium yang lebih rinci, dapat pula
lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi
dan komplikasi-komplikasi yang terjadi
pada anak tersebut.


BAB III
GEJALA DAN TANDA GIZI BURUK

Ada 3 macam tipe Gizi buruk, yaitu :
1. Tipe Kwashiorkor, dengan tanda-tanda dan gejala adalah sebagai berikut:

a. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
b. Perubahan Status mental
c. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
d. Wajah membulat dan sembab
e. Pandangan mata sayu
f. Pembesaran hati
g. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
h. Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.
i. Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan.
j. Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah kulit.

2. Tipe Marasmus, dengan tanda-tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Tampak sangat kurus
b. Cengeng, rewel
c. Kulit keriput
d. Perut cekung
e. Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas sekali apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut umur.
f. Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.
g. Pada penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga anak menderita diare.

3. Tipe, Marasmik-Kwashiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala klinik Kwashiorkor – Marasmus
Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi Buruk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
a. ISPA
b. Diare persisten
c. Cacingan
d. Tuberkulosis
e. Malaria
f. HIV / AIDS

Bagaimana penanganan anak dengan kasus Gizi buruk?
Pemberian makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering dan mudah diserap. Makan aneka ragam makanan, beri ASI, makanan mengandung minyak, santan dan lemak, berikan buah-buahan.

Bagaimana cara mengatasi masalah Gizi ?
 Lingkungan harus disehatkan misalnya dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman gizi
 Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS).

Bagaimana Mengobatinya?
• Pada malnutrisi sedang dan ringan pengobatan dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi, dengan menu yang seimbang, mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup. Perlu juga dicari dan diobati penyakit lain yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak (misalnya penyakit cacing, diare, dll)
• Anak dengan keadaan malnutrisi berat sering berada dalam keadaan darurat karena itu sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan


BAB IV
PHBS (Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

* Makan dengan Gizi seimbang
* Minum tablet besi selama hamil
* Memberi bayi ASI eksklusif
* Mengkonsumsi garam beryodium
* Memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.

Pemecahan masalah Gizi.
Masalah Gizi buruk, tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi Buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab. Seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara komprehensip.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) dapat merupakan titik pangkal bagi terciptanya lingkungan sehat dan hilangnya pengganggu kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya kedua hal tersebut diupayakan melalui perilaku manusia. Lingkungan akan menjadi sehat, jika manusia mau berperilaku hidup bersih dan sehat. Pengganggu kesehatan juga akan dihilangkan jika manusia mau berperilaku untuk mengupayakannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penyebab utama timbulnya masalah-masalah Gizi dalam bidang kesehatan adalah masalah perilaku. Misalnya untuk mencegah terjadinya kekurangan Protein pada balita, maka perilaku ibu dalam memberi makan balitanya harus diubah, sehingga menjadi pola makan dengan gizi seimbang. Perilaku keluarga dalam memanfaatkan pekarangan juga harus diubah, sehingga pekarangan menjadi taman gizi.

Strategi Departemen Kesehatan untuk penanganan Gizi Buruk

* Menggerakan dan memberdayakan Masyarakat untuk hidup Sehat
* Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
* Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
* Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Vitamin A
Terjadinya kekurangan vitamin A adalah sebagai akibat berbagai sebab seperti berikut ini :
a. Tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena semasa dalam kandungan, ibunya kurang sekali mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.
b. Kadar Vitamin A dalam air susu ibu (ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi vitamin A ibu yang rendah pada masa menyusui.
c. Anak diberi makanan pengganti ASI yang kadar vitamin A-nya rendah.
d. Anak tidak menyukai bahan makanan sumber vitamin A terutama sayursayuran.
e. Gangguan penyerapan vitamin A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab seperti rendahnya konsumsi lemak atau minyak.

Kekurangan vitamin A dapat meyebabkan cacat menetap pada mata (buta) yang tidak dapat disembuhkan. Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah penderitanya justru anak-anak usia balita yang merupakan tunas bangsa.
Penanggulangan kekurangan vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan guna memperbaiki makanan keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin seperti sayuran hijau dan buah-buahan berwarna, dilakukan juga pemberian vitamin dosis tinggi yaitu 200.000 – 300.000 SI kepada anak balita.
Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Zat Besi (Anemia Gizi)
Besi adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh. Zat besi dalam darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah. mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.

Jika tidak terdapat cukup besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat. Kadar baku hemoglobin dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia gizi adalah seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kadar Baku Hb dalam Darah

Umur (thn) Jenis Kelamin Kadar Hb (g/100ml)
0,5 – 4 Pria / wanita 10,8
5 – 9 Pria / wanita 11,5
10 – 14 Pria / wanita 12,5
Dewasa pria 14,0
Dewasa wanita 12,0
Wanita hamil 10,0
Sumber : Jellife (1996) dalam Sjahmien Moehji (1986)

Zat besi terutama banyak sekali hanya terdapat dalam sayur-sayuran. Demikian juga asam folat, sedang bitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan. Pencegahan anemia gizi selain dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi juga dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk tablet kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir menjelang anak lahir.

Gangguan Kesehatan Akibat Kelebihan Zat Energi
Perkembangan ekonomi yang pesat, menyebabkan peningkatan pendapatan penduduk. Hal ini ditandai dengan terjadinya pergeseran pola konsumsi kearah yang lebih beraneka ragam. Proporsi sumber kalori dari karbohidrat khususnya beras, berkurang dan diikuti dengan meningkatnya lemak dan protein terutama dari sumber hewani.
Dengan meningkatnya pendapatan ini, mereka yang hidup di kota dengan gaya serta pola makan seperti orang barat, biasanya menjadi menderita karena kelebihan gizi ini. Pola makan mereka biasanya mengkonsumsi terlalu banyak protein, lemak, makanan tak berserat.
Kelebihan zat gizi dalam hal ini zat energi dalam jangka waktu yang berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan lemak meningkat dan terjadi kegemukan (obesitas). Biasanya orang yang gemuk sulit bergerak cepat, gerakan jadi lamban dan biasanya lebih lanjut mudah terkena gangguan fungsional jantung dan ginjal.
Tambahan konsumsi energi berikutnya pada penderita kegemukan akan menyebabkan energi bersifat racun atau mendekatkan diri pada kematian dibanding daya manfaat yang sebenarnya. Demikian pula konsumsi protein yang berlebihan menyebabkan beban kerja ginjal semakin berat, dan bila terus berlebih akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Dampak lain dari kelebihan konsumsi energi dan protein ini selain penyakit jantung dan ginjal, juga dapat mengakibatkan penyakit darah tinggi, kencing manis, kanker.
Penanggulangan penyakit akibat gizi lebih, harus dimulai dari pengaturan makanan, artinya dengan mengurangi porsi makanan yang biasa dikonsumsi, mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan meningkatkan konsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.
Gizi.net - SAAT ini bukan cuma kekurangan gizi yang menjadi masalah, tetapi juga kelebihan gizi. Kelebihan dan kekurangan gizi saat ini bisa dikategorikan ke dalam kelompok penyakit.
Menurut dr Endang Darmoutomo SpGK, kelebihan gizi lebih mengarah pada penyakit degeneratif, sedangkan kekurangan gizi lebih ke arah rendahnya daya tahan tubuh, cepat lelah, lesu, lemah, dan gampang sakit.
''Kelebihan gizi tidak baik apalagi kekurangan gizi. Oleh sebab itu, lebih dianjurkan untuk mengonsusmi makanan bergizi dan seimbang,'' kata ahli gizi dari Siloam Hospital Gleneagles Lippo Karawaci, Tangerang, Banten.
Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan atau kelebihan gizi, jelas Endang, secara kasar bisa dilihat dari berat badannya. Pada bayi dan anak-anak yang sedang tumbuh, misalnya, dapat dilakukan dengan melihat grafik umur dengan berat badan. Untuk orang dewasa dilakukan dengan menghitung body mass index/BMI atau indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan (dalam kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
''Seseorang yang mempunyai IMT 19-25 dapat dikatakan mempunyai berat badan sehat dan telah mendapat asupan gizi (khususnya sumber energi) yang cukup. Untuk orang yang IMT-nya di atas 25 menunjukkan risiko lebih tinggi untuk penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
Obesitas yaitu suatu kondisi yang dicirikan oleh kelebihan lemak tubuh. Kelebihan lemak pada laki-laki didefinisikan sebagai level lemak tubuh lebih dari 20% dari berat total dan untuk wanita lebih dari 25% dari total berat badan.

Obesitas
Penyebab obesitas, jelas Endang, dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
pertama, suatu asupan makanan berlebih.
Dua, rendahnya pengeluaran energi basal, dan
ketiga, kurangnya aktivitas fisik.
Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas.
"Karena asupan terlalu banyak sementara pengeluaran kurang atau kurang aktivitas fisik, maka terjadilah overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya terjadi obese (kegemukan). Tetapi, obesitas juga dapat terjadi karena faktor genetika.''
Anak yang dilahirkan dari orang tua yang keduanya obese mempunyai peluang 75% untuk obese juga. Bila salah satu orang tuanya obese, maka peluangnya sekitar 40% dan bila kedua orang tuanya tidak obese peluangnya hanya 10%. Untuk melihat seseorang obese atau tidak, bisa dengan menghitung BMI-nya.
Beberapa penyakit akibat dari kekurangan gizi ini di antaranya adalah penyakit Kurang Energi Protein (KEP), yang ditunjukkan dengan dua keadaan: kwasiorkor dan marasmus. Marasmus disebabkan defisit energi dan protein yang parah, di mana korban akan mempunyai sedikit sekali atau bahkan tidak punya simpanan lemak, massa otot kecil, dan sangat lemah. Penyakit ini bisa menimbulkan kematian akibat sering terkena infeksi karena tidak mempunyai daya tahan terhadap penyakit.
Sedangkan kwasiorkor terjadi terutama pada anak-anak yang defisit energinya tidak terlalu parah), namun defisit proteinnya parah. Orang yang terkena kwasiorkor ditunjukkan dengan edema berupa pertumbuhan yang buruk, lemah, dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit. Penyakit kurang gizi lainnya adalah terjadinya gondok, badan kerdil, dan kurang kecerdasan karena kekurangan mineral yodium. Lebih lanjut, Endang mengatakan orang tua jangan menganggap remeh gizi. Sebab, ada beberapa penyakit akibat kekurangan gizi yang bisa membuat cacat seseorang. Kekurangan vitamin A, misalnya, menyebabkan rabun ayam sampai kebutaan, terganggunya pertumbuhan dan menurunnya daya tahan terhadap penyakit; kurang vitamin D menyebabkan terjadinya demineralisasi tulang, yang dapat menyebabkan penyakit ricket pada anak-anak dan osteomalacia pada orang dewasa.
Kurang vitamin B1 menyebabkan beri-beri; kurang asam nikotinat menyebabkan kulit kasar atau pellagra, kurang riboflavin menyebabkan seborrheic dermatitis sekitar hidung dan mulut, dermatitis dan pruritus dari scrotum dan vulva dsb; kurang biotin menyebabkan maculosquamous dermatitis pada leher, tangan dan lengan, dan kaki; kurang asam folat menyebabkan megaloblastic anemia serta neural tube defect (NTD) atau cacat tulang belakang pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang defisien asam folat; kurang vitamin C menyebabkan sariawan dan gusi berdarah; dan masih banyak lagi penyakit akibat kurang gizi. (Nda/V-1)

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker. Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor. Pada malnutrisi sedang dan ringan pengobatan dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi, dengan menu yang seimbang, mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup. Perlu juga dicari dan diobati penyakit lain yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak (misalnya penyakit cacing, diare, dll). Anak dengan keadaan malnutrisi berat sering berada dalam keadaan darurat karena itu sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan.


Daftar Pustaka

(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802,)
(http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-gizi-buruk)
(http://www.smallcrab.com/anak-anak/530-gangguan-kesehatan-akibat-kurang-gizi)
(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802,)

1 komentar: